MEMBENTUK KARAKTER GURU PROFESIONAL

MEMBENTUK KARAKTER GURU PROFESIONAL
NEGERI YANG DAMAI DAN PENUH PESONA

Sabtu, 03 Juli 2010

MENGUKUR KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

MENGUKUR KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DARI REORIENTASI ORGANISASINYA DAN MACAM TUGAS YANG DILAKUKAN
OLEH: HAYATUDDIN FATARUBA

A. PENDAHULUAN

Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen, merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan amat berat seolah-olah kepemimpinan dipaksa menghadapi berbagai macam faktor seperti: struktur atau tatanan, koalisi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya, kepemimpinan rasanya dapat dengan mudah menjadi satu alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang sedang menimpa suatu organisasi. Dalam hal ini kepemimpinan dapat berperan di dalam melindungi beberapa isu pengaturan organisasi yang tidak tepat, seperti: distribusi kekuasaan yang menjadi penghalang tindakan yang efektif, kekurangan berbagai macam sumber, prosedur yang dianggap buruk (archaic procedure), dan sebagainya yaitu problem-problem organisasi yang lebih bersifat mendasar.
Oleh karena peranan sentral kepemimpinan dalam organisasi tersebut, dimensi-dimensi kepemimpinan yang bersifat kompleks perlu dipahami dan dikaji secara terkoordinasi, sehingga peranan kepemimpinan dapat dilaksanakan secara efektif.
Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan di tingkat mikro yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain.
Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebutlah, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.
Dalam kehidupan moderen saat ini, makin terasa betapa penting peranan organisasi terhadap kepentingan manusia. Hal ini disamping akibat ketidakmampuan manusia secara fisik dan psikis dalam mencapai berbagai tujuan, juga akibat sifat keberadaan sebagai makhluk sosial yang selalu terdorong untuk bekerjasama dengan individu lain. Manusia disamping dikuasai oleh egonya, mereka akan merasa berbahagia apabila keberadaannya dapat diterima oleh lingkungannya, hidup bekerjasama dengan manusia lainnya.
Bentuk kerjasama antara sekelompok individu dengan berbagai macam ikatan dalam mencapai tujuan bersama itulah pada hakekatnya disebut sebuah organisasi. Kata organisasi selalu mengandung dua macam pengertian secara umum, yaitu menandakan (signifies) suatu lambang (institution) atau kelompok fungsional, dan yang lain mengandung arti proses pengorganisasian (process of organizing), dalam hal ini pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota organisasi, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien. Sehingga James A.F stoner (1982) dalam Wahjosumidjo (2007) mengungkapkan bahwa organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan, alat untuk melindungi, atau melestarikan pengetahuan (preserving knowledge), dan organisasi dipandang sebagai sumber karier (organization as sources of carier). Lebih jauh dikatakan bahwa pengorganisasia sebagai satu proses berbagai langkah, yang meliputi:
1. Rincian seluruh pekerjaan yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Membagi seluruh beban kerja ke dalam rincian kegiatan yang dapat dilaksanakan (performed) secara logis dan menyenangkan oleh seseorang atau kelompok
3. Menyatukan atau menggabungkan pekerjaan anggota-anggota organisasi ke dalam satu cara yang logis dan efisien
4. Mengadakan (setting up) satu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan anggota organisasi ke dalam satu keseluruhan yang bersatu (unified) dan harmonis
5. Mengendalikan efektifitas organisasi dan melakukan penyesuaian untuk memelihara dan meningkatkan efektifitas
Sekolah sebagai komponen mikro organisasi pendidikan, adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu, kepala sekolah selaku pemimpin organisasi pendidikan di tingkat mikro yang berhasil, apabila dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya tercapai tujuan sekolah sebagai organisasi, dan tujuan daripada individu yang ada di dalam lingkungan organisasi sekolah yang dipimpinnya, serta memahami dan menguasai peranan organisasi dan hubungan kerjasama antar individu.
Untuk membantu para kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di dalam mengorgani sasikan sekolah secara tepat, diperlukan pemahaman-pemahaman antara lain:
1. Adanya satu esensi pemikiran yang teoritis, seperti konsepsi struktur organisasi, hierarki, kewibawaan, dan mekanisme demi pencapaian, dan koordinasi di lingkungan sekolah
2. Perlu memahami teori organisasi formal yang akan bermanfaat untuk menggambarkan (depict) hubungan kerja sama antara struktur dan hasil (outcomes) sebuah sekolah
3. Untuk memahami dan mengantisipasi konflik, perlu memahami teori dimensi sosial (social system theory) agar mampu melakukan analisis terhadap kehidupan informal sekolah dan iklim atau suasana organisasi sekolah
Sehingga pemahaman pemimpin pendidikan di sekolah akan organisasi yang dipimpinnya, akan melahirkan kemampuannya untuk mendeteksi permasalahan-permasalahn yang terjadi dalam organisasinya. Menurut Richard H.Hall (1982), ada 4 (empat) macam tugas penting seorang pemimpin dalam kepemimpinannya:
1. Involves the definition of the institutional organizational mission and role (mendefinisikan misi dan peranan organisasi), dimana misi dan peranan organisasi hanya dapat dirumuskan atau didefinisikan sebaik-baiknya, apabila seorang pemimpin memahami lebih dahulu asumsi struktural sebuah organisasi dan fungsinya sebagai pemimpin, yaitu:
• Keberadaan organisasi terutama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
• Dalam kehidupan suatu organisasi terdapat satu struktur yang tepat untuk tujuan, lingkungan, teknologi, dan anggota
• Organisasi dapat bekerja paling efektif, apabila lingkungan pemegang jabatan dan pilihan pribadi dari para anggota didukung dengan norma-norma yang rasional
• Spesialisasi memungkinkan lingkup keahlian yang lebih tinggi dan penampilan pribadi
• Koordinasi dan pengendalian dicapai paling baik melalui pelaksanaan otoritas dan peraturan-peraturan yang impersonal
• Struktur dapat dirancang secara sistematik dan tepat dilaksanakan
• Problem organisasi biasanya mencerminkan adanya struktur yang tidak tetap dan dapat dipecahkan melalui rancangan ulang reorganisasi
2. The institutional embodiment of purpose (pengejawantahan tujuan organisasi)
Dalam fungsi ini, pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan ke dalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
Tujuan suatu organisasi adalah untuk menghasilkan suatu barang atau pelayanan/jasa. Merupakan proyeksi dari apa yang diinginkan, dicapai, dihasilkan, dan diraih oleh suatu organisasi. Sehingga fungsi pengejawantahan tujuan organisasi berarti seorang pemimpin disamping paham tujuan dibentuknya organisasi juga memahami ciri-ciri organisasi sebagai sistem terbuka. Organisasi sebagai sistem terbuka atau sistem sosial berarti organisasi melibatkan orang yang pada akhirnya organisasi ini bergantung kepada usaha orang-orang tersebut untuk tampil atau berperilaku. Sebagai sistem terbuka, organisasi mentransformasikan manusia dan sumber-sumber fisik yang diterima sebagai input dari lingkungannya ke dalam barang-barang dan pelayanan yang akhirnya dikembalikan ke lingkungan sebagai konsumen.
3. To defend the organization’s integration (mempertahankan keutuhan organisasi)
Pemimpin mewakili organisasi kepada umum dan kepada stafnya, seperti mencoba untuk mengajak bawahan mengikuti keputusannya agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan. Sehingga untuk hal tersebut, ada beberapa asumsi pokok yang perlu dipahami, sebagaimana dikemukakan Lee G. Bolman (1984) dalam Wahjosumidjo (2007), yaitu:
 Organisasi diadakan untuk membantu kebutuhan kemanusiaan, dan manusia ada bukan untuk membantu keperluan organisasi
 Organisasi dan manusia saling memerlukan. Organisasi perlu pemikiran, gagasan, energi, dan potensi, yang diberikan manusia. Sedangkan manusia perlu karier, gaji,dan kesempatan kerja yang diberikan organisasi
 Apabila keadaan yang sesuai yang diharapakan antara individu dan organisasi, adalah tidak baik (poor), satu diantaranya akan menderita. Akibatnya individu akan dieksploitasi, atau sebaliknya bergerak untuk mengeksploitasi organisasi, atau bisa saja kedua belah pihak saling mengeksploitasi
 Apabila terjadi kecocokan keadaan antara individu dan organisasi baik, kedua-keduanya aka memperoleh keuntungan (benefit). Individu mampu melaksanakan pekerjaan yang penuh arti dan memuaskan, membantu berbagai macam sumber yang diperlukan organisasi dalam mencapai tujuan.
4. The ordering of internal conflict (mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi)
Dalam kehidupan organisasi moderen, konflik tidak bisa dihindarkan. Organisasi yang didefinisikan sebagai hal yang bersifat kolektif, dibentuk untuk mencapai sasaran yang spesifik. Organisasi memiliki profil lain yang mencakup satu tatanan yang normatif (normative order), tingkatan aturan (authority ranks) sistem komunikasi, dan incentive system.
Konflik dalam organisasi dapat bersumber pada faktor internal, seperti struktur organisasi yang tidak tepat, sumberdaya manusia dan sebagainya, disamping faktor eksternal, yaitu adanya macama-macam perubahan dan perkembangan, seperti lingkungan, teknologi, organisasi, suasana politik, dan kepimpinan. Akibat faktor-faktor tersebut, seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi serta mengendalikannya sehingga konflik dapat ditertibkan. Untuk itu seorang pemimpin harus berusaha untuk mengerti dan mempelajari segi-segi yang berkaitan dengan konflik, seperti proses terjadinya konflik, gaya manajemen konflik, serta peranan kepemimpinan dalam mengatasi konflik.
Sehingga perlu disadari oleh para pemimpin, di dalam kehidupan organisasi moderen telah menjadi lebih kompleks, terjadi berbagai macam spesialisasi, pengelompokan (segmented). Sehingga keadaan ini menyebabkan lebih sulit memelihara kesatuan organisasi. Oleh sebab itu, tanpa koordinasi dan kontrol yang tepat, maka organisasi akan menjadi terpecah-pecah, terpenggal-penggal (fragmented) dan tidak efektif. Dengan demikian betapa pentingnya peranan seorang pemimpin untuk mempertahankan keutuhan organisasinya.
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Karena esensi kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin, maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu:
1. Menimbulkan kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing
2. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para bawahan serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan
3. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras
4. Mampu melakukan tindakan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan semangat dan percaya diri yang tinggi
5. Mampu membujuk bawahan, sehingga bawahan yakin apa yang dilakukan adalah benar (induce)
Sehingga keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang telah dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan pembinaan terhadap organisasi (organizational maintenance) (Lee G. Bolman and Terrence E. Deal) dalam Wahjosumidjo (1983).
1. Organizational achievement, mencakup produksi, pendanaan, kemampuan adaptasi dengan program-program inovatif, dan sebagainya. Dengan pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin dapat dikaji dengan langkah-langkah atau cara:
1) Pengamatan terhadap produk yang dihasilkan oleh proses transformasi kepemimpinannya, seperti:
a. Penampilan kelompok
b. Tercapainya tujuan kelompok
c. Kelangsungan hidup kelompok
d. Pertumbuhan kelompok
e. Kemajuan kelompok menghadapi krisis
f. Bawahan merasa puas terhadap pemimpin
g. Bawahan merasa bertanggung jawab terhadap tujuan kelompok
h. Kesejahteraan psikologi dan perkembangan anggota kelompok
i. Bawahan tetap mendukung kedudukan dan jabatan pemimpin
2) Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut dapat dilihat pula beberapa hal, seperti:
a. Pertumbuhan keuntungan
b. Batas minimal keuangan
c. Peningkatan produk pelayanan
d. Penyebaran jasa pelayanan
e. Target yang tercapai
f. Investasi mengalami pertumbuhan

2. Organizational maintenance
Dengan pendekatan ini, dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap sikap bawahan dan orientasi pemimpin terhadap bawahan:
1) Sikap bawahan terhadap pemimpin
a. Apakah bawahan merasa puas terhadap pemenuhan kebutuhan dan harapan
b. Apakah bawahan menghargai, hormat, dan kagum terhadap pemimpin
c. Apakah para bwahan merasa bertanggung jawab dengan kuat untuk melaksanakan permintaan (perintah), atau mereka berkeinginan untuk bertahan, tidak memperhatikan atau menolak (menggagalkan) perintah pemimpin
2) Berkaitan dengan sikap bawahan terhadap pemimpin tersebut, dapat dilakukan (dipergunakan) bermacam-macam alat pengukur perilaku, seperti:
a. Ketidakhadiran (absensteeism)
b. Pergantian dengan mendadak
c. Keluhan
d. Pengaduan terhadap pemimpin yang lebih atas
e. Permintaan pindah
f. Kemunduran (slowdown)
g. Pemogokan liar (wildcat strikes)
h. Peristiwa-peristiwa sabotase yang sengaja terhadap perlengkapan dan fasilitas yang secara tidak langsung menunjukkan bawahan tidak puas dan sikap permusuhan terhadap pimpinan mereka.
3) Keberhasilan pemimpin kadang-kadang dapat diukur pula melalui orientasi pemimpin terhadap kualitas bawahan yang dapat dirasakan oleh bwahan atau pengamatan dari luar, seperti:
a. Apakah pemimpin meningkatkan rasa kebersamaan kelompok:
• Kerjasama kelompok
• Motivasi kelompok
• Pemecahan masalah
• Pengambilan keputusan, dan
• Pemecahan konflik antar anggota
b. Apakah pemimpin memberikan bantuan terhadap:
• Efisiensi demi spesialisasi peranan
• Kegiatan organisasi
• Akumulasi sumber, dan kesiapan kelompok menghadapi perubahan dan krisis
c. Apakah pemimpin melakukan perbaikan:
• Kualitas kehidupan kerja
• Menciptakan rasa percaya diri bawahan
• Meningkatkan keterampilan bawahan, dan
• Membantu pertumbuhan dan perkembangan psikologi bawahan

DAFTAR PUSTAKA
Hall, Richard H, 1982: Organizations: structure and Process, Prentice Hall, Inc, Englewood
Cliffs, New Jersey.
Hanafi, Mamduh.M. (2003). Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Handoko, T.H. (1992). Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM
Kambey, D.C. (2006). Landasan Teori Administrasi/Manajemen. Manado: Yayasan Tri Ganesha
Mulyono. (2008). Manajemen Administrasi & organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Robbins, S.P. (1994). Teori Organisasi; Struktur, Desain & Aplikasi. Edisi 3. Alih Bahasa Jusuf
Udaya. Jakarta: Arcan

Senge, P. 1995. The Fifth Discipline: The Art And Practice of The Learning Organization.
New York: Publishing Group. Inc.

Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Usman, Husaini. (2009). Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara
Wahjosumidjo, 1983: Kepemimpinan, Departemen Pendidikan, Pusat Pendidikan dan Latihan
Pegawai. Pusdiklat Depdikbud RI, Jakarta
------------------, 2007: Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahnnya.
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Yukl, Gary. (2009). Leadership in Organization (Kepemimpinan Dalam Organisasi). Jakarta:
Indeks