MEMBENTUK KARAKTER GURU PROFESIONAL

MEMBENTUK KARAKTER GURU PROFESIONAL
NEGERI YANG DAMAI DAN PENUH PESONA

Selasa, 30 November 2010

MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR TENTANG MANAJEMEN
Disusun oleh: Hayatuddin Fataruba

A.Pengertian Manajemen
Orang sering bertanya mengapa manajemen begitu penting untuk dipelajari. Pada saat kita membicarakan manajemen, maka yang terbayang di benak kita adalah bagaimana teknik mendayagunakan seluruh potensi yang ada dalam satu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Memang kalau ditilik dari akar kata manajemen yang berasal dari bahasa Latin, yang kemudian diterjemahkan secara harafiah maka “manager” berarti menangani atau mengendalikan. Dari asal katanya inilah kemudian para ahli manajemen mengembangkan argumennya berdasarkan sudut pandang dan situasi dimana kegiatan mereka diarahkan dengan berbagai definisi.
Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan oleh pakar manajemen, beberapa diantaranya dapat dipaparkan seperti di bawah ini:
Jose Rizal G. Sanches (Kambey:2006), manajemen adalah proses mengembangkan manusia. Dimana secara keseluruhan, proses ini dibutuhkan untuk menantang orang untuk mengambil tujuan yang tinggi, melibatkan mereka secara signifikan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, dan menolong mereka mengembangkan hubungan kerja yang efektif, memuaskan dan produktif dalam mencapai tujuan-tujuan dari system dimana mereka adalah bahagian dari system tersebut.
George R. Terry (Mulyono:2008), manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.
Hal senada diungkapkan The Liang Gie (Mulyono:2008), manajemen sebagai seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan terhadap sumber daya manusia dan alam untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sondang P. Siagian (1989), manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.
Malayu S.P. Hasibuan (1989), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa manajemen mencakup:
1.Proses kegiatan yang terencana, terorganisir, terarah, dan teratur.
2.Pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya sebagai sarana-prasarana yang mendukung kegiatan sejak perencanaan hingga pencapaian target secara maksimal, efektif, dan efisien.
3.Keterampilan-keterampilan tertentu yang teramu sebagai ilmu dan seni dalam mengatur dan mengelola sumber daya yang ada agar segala yang direncanakan bisa mencapai goal.
Sehingga dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar sebagaimana tersebut di atas, maka didapati dua pemahaman mendasar tentang apakah manajemen itu seni atau ilmu.
B.Manajemen sebagai Ilmu dan Seni
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang telah disistematisir, telah dianalisis dan disintesiskan, telah menghasilkan dalil, hukum,dan kaidah, yang dapat digunakan untuk menyusun hipotesis atau teori guna memecahkan masalah atau maksud tertentu. Sehingga dari definisi tersebut terdapat tiga pokok ilmu yakni: pertama, pengetahuan yang disistematisasikan artinya informasi yang diperoleh diklasifikasikan dan disimpan, kedua, informasi dikumpulkan dengan observasi yang sistematis terhadap fenomena yang relevan, eksperimen yang terkontrol, dan menyimpulkan berdasarkan atas hasil temuan tersebut, dan ketiga, dapat dipergunakan untuk memahami atau memecahkan masalah yang sedang diselidiki.
Sehingga karena manajemen mengandung konsep-konsep, teori-teori, prinsip-prinsip yang tersusun rapi serta teknik yang memberikan dasar bagi praktek manajemen itu sendiri, maka manajemen adalah ilmu (Daniel C. Kambey:2006:10)
George R. Terry, menyebutkan bahwa ilmu manajemen adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disistematisir, yang dikumpulkan dan diterima dengan memberi referensi kepada pengertian kebenaran umum tentang manajemen (Mulyono,2008:21).
Sementara manajemen sebagai seni secara esensi berada pada bagaimana seorang manajer menggunakan ilmu manajemen secara baik dengan keterampilan tertentu dalam mengelola seluruh potensi organisasinya.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Massie (Kambey:2006) bahwa seni manajemen terletak pada penerapan kemampuan, pengetahuan, dan menyelesaikan sampai tuntas melalui usaha-usaha yang penuh pertimbangan.
Kambey (2006:10) juga menyebutkan bahwa pekerjaan seorang manajer dalam kedudukannya sebagai pengelola adalah seni, karena dalam menjalankan pekerjaannya itu setiap manajer harus memiliki keterampilan dalam menggunakan (mengaplikasikan) berbagai konsep, teori, dan prinsip serta teknik yang merupakan dasar bagi tindakan-tindakannya.
Sehingga Terry (Kambey:2006) mengungkapkan bahwa secara esensial, seorang manajer adalah seorang ilmuwan dan seorang seniman. Ia membutuhkan pengetahuan yang sistematik yang menyodorkan kebenaran-kebenaran pokok yang dapat digunakan dalam mengoperasikan tugas-tugasnya, dan pada waktu yang sama ia juga harus dapat memberi ilham, membujuk, bermulut manis, dan memikat orang-orang agar mereka dapat memberikan servis mereka dalam mencapai tujuan organisasi.
Lebih luas lagi Mulyono (2008) menyimpulkan bahwa:
1.Sebagai suatu sistem, manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai komponen yang seara keseluruhan saling berkaitan dan terorganisisr dalam rangka mencapai tujuan.
2.Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin.
3.Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu indisipliner dengan menggunakan bantuan ilmu sosial, filsafat, psikologi, antropologi, dan lain-lain.
4.Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang dapat disejajarkan dengan bidang kedokteran, hukum, dan sebagainya.
5.Sebagai suatu fungsi, manajemen adalah proses fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Sehingga bila kedua pemahaman manajemen sebagai ilmu dan seni kita padukan, maka sesungguhnya manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan segala sesuatu secara mantap untuk melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukannya dengan benar, terorganisir, memiliki manfaat dan selalu terkontrol/dievaluasi secara terus-menerus dengan berpedoman pada melaksanakan kegiatan dengan cara yang tepat dan hemat dalam upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
C.Fungsi dan Proses-Proses Manajemen
Dari sudut pandang Ilmu Sosial, fungsi adalah adanya karakteristik tertentu yang membedakan suatu tugas dengan tugas lainnya. Manajemen juga memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari ilmu-ilmu sosial lainnya. Beberapa ahli mengemukakan fungsi-fungsi manajemen yang sama, namun seiring dengan dinamika organisasi maka menuntut fungsi manajemen harus lebih diperluas, diantaranya:
1.George Terry: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
actuating (penggerakan), controlling (pengendalian).
2.Henry Fayol: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
commanding (perintah), coordinating (koordinasi), controlling(pengawasan)
3.Siagian: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), motivating
(pemberian motivasi), controlling (pengendalian), evaluating (penilaian)

Walaupun dari ketiga pemahaman fungsi manajemen agak meluas, namun manajemen moderen lebih cenderung menggunakan fungsi manajemen yang dikemukakan George Terry, karena telah mencakup semua segi fungsi.
1.Planning (Perencanaan)
Perencanaan menurut Husaini Usman (2009), ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, perencanaan mengandung unsur-unsur (1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses, (3) hasil yang ingin dicapai, dan (4) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.
Tujuan perencanaan ini sebagai: Standar pengawasan, yakni mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaan, Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan, Mengetahui siapa saja yang terlibat baik kualifikasi maupun kuantitasnya, Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan, Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan penghematan, Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan, Menyerasikan dan memadukanbeberapa sub-kegiatan, Mendetekdi hambatan kesulitan yang bakal ditemui, dan Mengarahkan pada pencapaian tujuan
Manfaat perencanaan ini sebagai: Standar pelaksanaan dan pengawasan, Pemilihan berbagai alternatif terbaik, Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan, Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi, Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait, dan Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti
Ruang lingkup perencanaan meliputi:
•Perencanaan dari dimensi waktu; perencanaan yang dipengaruhi dimensi waktu, antara lain: Perencanaan jangka panjang (long term planning), Perencanaan jangka menengah (medium term planning), dan Perencanaan jangka pendek (short term planning).
•Perencanaan dari dimensi spasial; perencanaan yang memiliki karakter terkait dengan ruang dan batasan wilayah, antara lain: Perencanaan Nasional, Perencanaan Regional, dan Perencanaan Tata Ruang.
•Perencanaan dari dimensi tingkatan teknis perencanaan, antara lain: Perencanaan Makro, Perencanaan Mikro, Perencanaan Sektoral, Perencanaan Kawasan, dan Perencanaan Proyek.
•Perencanaan dari dimensi jenis terdiri atas: Perencanaan dari Atas ke Bawah (top down planning), Perencanaan dari Bawah ke Atas (bottom-up planning), Perencanaan Menyerong ke Samping (diagonal planning), Perencanaan Mendatar (horizontal planning), Perencanaan Menggelinding (rolling planning), dan Perencanaan Gabungan Down and Bottom-Up Planning.
Proses Perencanaan meliputi:
Menurut Banghart&Trull (1973) dalam Husaini (2009), proses perencanaan meliputi: Pendahuluan, Mengidentifikasi masalah, Analisis area masalah perencanaan, Menyusun konsep dan rencana, Mengevaluasi rencana, Menentukan rencana, Penerapan rencana, dan Rencana umpan balik.
Menurut Chesswas (1973) dalam Husaini (2009), proses perencanaan meliputi: Menilai kebutuhan, Merumuskan tujuan dan sasaran, Merumuskan kebijakan dan menentukan prioritas, Merumuskan program dan proyek, Menguji kelayakan, Menerapkan rencana, dan Menilai dan merevisi untuk rencana yang akan datang.
Menurut Mulyono (2008), langkah-langkah dan proses perencanaan meliputi: Memilih sasaran/tujuan organisasi, Sasaran/tujuan ditetapkan untuk setiap sub-unit organisasi divisi, departemen, dan sebagainya, Program ditentukan untuk mencapai tujuan dengan cara yang sistematik, Merumuskan tujuan yang jelas/operasional, Mengidentifikasi dan menganalisis data terkait dengan masalah, Mencari dan menganalisis alternatif pemecahan masalah, Mengomparasikan alternatif yang ditemukan, Mengambil keputusan dan Menyusun rencana kegiatan.
Sehingga sebuah rencana yang baik (Mulyono:2008), apabila: Azasnya pencapaian tujuan, Memiliki dukungan data yang akurat, Komprehensif dan integrated, dan Praktis dapat dilaksanakan.
2.Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian (Handoko:2003) adalah; 1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, 2) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan, 3) penugasan tanggung jawab tertentu, 4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Lebih lanjut disebutkan pengorganisasian juga merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.
Dengan demikian pengorganisasian meliputi: (1) cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif terhadap sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi, (2) bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatannya, di mana setiap pengelompokan diikuti penugasan seorang manajer yang diberi wewenang mengawasi anggota kelompok, (3) hubungan antara fungsi, jabatan, tugas karyawan, (4) cara manajer membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut (Handoko:2003).
Tujuan pengorganisasian
Dalam dunia nyata, banyak kondisi yang mempengaruhi bagaimana pengorganisasian dilaksanakan, sehingga tujuan pengorganisasian menurut Winardi (2009) antara lain: Sebagai suatu konfigurasi yang melukiskan hierarki manajemen dan saluran komunikasi formal, Dirumuskan dan ditetapkannya pekerjaan individual secara terstruktur, dan Sebagai sistem koordinasi antar sistem dan sub sistem dalam organisasi
Manfaat pengorganisasian
Menurut Winardi (2009), pengorganisasian secara efektif dapat menghasilkan manfaat antara lain: Kejelasan tentang ekspektasi-ekspektasi kinerja individual dan tugas-tugas terspesialisasi, Pembagian kerja yang menghindari timbulnya duplikasi, konflik, dan penyalahguanaan sumber-sumber daya, baik sumber-sumber daya material maupun sumber-sumber daya manusia, Terbentuknya suatu arus aktivitas kerja yang logis, yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh individu-individu atau sebagai kelompok-kelompok, Saluran-saluran komunikasi yang mapan, yang membantu pengambilan keputusan dan pengawasan, Mekanisme-mekanisme yang mengkoordinasi, memungkinkan tercapainya harmoni antara para anggota organisasi, yang terlibat dalam aneka macam kegiatan, Upaya-upaya yang difokuskan yang berkaitan dengan sasaran-sasaran secara logis dan efisien, dan Struktur-struktur otoritas tepat, yang memungkinkan kelancaran perencanaan dan pengawasan pada seluruh organisasi yang bersangkutan.
Ruang lingkup pengorganisasian
Agar mempermudah proses pengorganisasian, maka pengorganisasian diarahkan kepada bagaimana mendesain organisasi dan mendesain tugas-tugas untuk dilaksanakan. Desain organisasi merupakan proses penciptaan atau konstruk suatu struktur yang dilakukan oleh manajer atau pihak lain yang berwenang untuk membuat struktur organisasi yang sesuai dengan starategi organisasi dan lingkungan tempat anggota organisasi melaksanakan strategi tersebut. Bagi sebuah organisasi, keberadaan suatu struktur sangat diperlukan untuk dapat mengetahui peranan dan kedudukan masing-masing anggota dalam jenjang organisasi.
Secara garis besar bentuk struktur organisasi (Wahab:2008) dibedakan atas lima: 1). Struktur Sederhana; 2). Struktur Fungsional; 3). Struktur Divisional; 4). Struktur Matriks; 5). Unit Bisnis Strategis;
Sehingga hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam mendesain struktur organisasi menurut Gibson dkk (Kambey:2006) antara lain:
Mengidentifikasi seluruh tugas yang ada dan kemudian membagi-baginya ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, dan identifikasi tugas yang berkaitan satu sama lain guna menentukan tingkat spesialisasi, Menentukan kewenangan apa yang ada pada tugas-tugas yang sudah dikelompokkan pada tahap pertama, dalam hal ini hak untuk membuat keputusan terhadap tugasnya tanpa harus meminta persetujuan atasan, Menentukan tingkat homogenitas karakteristik tugas-tugas individual yang akan dijadikan dasar untuk pembentukan bagian/departemen yang ada dalam organisasi, dan Menentukan ukuran besarnya bagian/departemen, yaitu berapa orang yang ada pada setiap bagian atau berapa banyak setiap atasan memiliki bawahan.
Proses Pengorganisasian
Samuel B. Certo (Winardi:2009) mengemukakan bahwa ada lima macam langkah pokok pengorganisasian, antara lain: Melaksanakan refleksi tentang rencana-rencana dan sasaran-sasaran, Menetapkan tugas-tugas pokok, Membagi tugas-tugas pokok menjadi tugas-tugas bagian (subtasks), Mengalokasikan sumber-sumber daya dan petunjuk-petunjuk untuk tugas-tugas bagian tersebut, dan Mengevaluasi hasil-hasil dari strategi pengorganisasian yang diimplementasi
Mulyono (2008) juga mengemukakan hal yang hampir sama, bahwa langkah-langkah pengorganisasian antara lain: Memahami tujuan institusional, Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan institusional, Kegiatan yang serumpun/sejenis dikelompokkan dalam satu unit kerja, Menetapkan personal termasuk jumlah dan kualifikasinya di setiap unit kerja, dan Menentukan hubungan kerja antar unit kerja.

3.Actuating (Penggerakan)
Penggerakan menurut Siagian (1989) adalah keseluruhan proses pemberian motivasi untuk bekerja kepada para karyawan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Selanjutnya G.R Terry (Hasibuan:1989) menyebutkan bahwa penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana-rencana yang telah ditentukan dan usaha-usaha yang telah diorganisir.
Tujuan penggerakan
Tujuan penggerakan (Husaini Usman:2009) antara lain; Membangkitkan rasa percaya diri ketika tugas-tugas di delegasikan, Mendorong karyawan untuk toleran terhadap setiap kegagalan, Meningkatkan rasa diterima dan komitmen terhadap tugas-tugas yang didelegasikan, Membangun solidaritas antara sesama karyawan dalam pekerjaan, Dapat menyeimbangkan sasaran pekerjaan dengan sasaran individu, Memberdayakan dan memotivasi setiap anggota tim sewajarnya namun maksimal hasilnya, dan Memberdayakan semua sumber daya secara optimal sesuai target yang telah direncanakan.
Manfaat penggerakan
Dari tujuan penggerakan yang dikemukakan Husaini (2009) di atas, maka dapat dikatakan bahwa manfaat penggerakan antara lain: Terbentuk rasa percaya diri karyawan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah didelegasikan, Kebersamaan dalam tim karena melaksanakan pekerjaan sesuai dengan sasaran yang telah disepakati bersama, dan Tercipta kreatifitas dalam bekerja karena didorong oleh motivasi menjadi yang terbaik dan berhasil secara maksimal.
Ruang lingkup penggerakan
Ruang lingkup penggerakan (Husaini Usman:2009) meliputi:
1.Motivasi, dimana keseluruhan proses penggalakan/peningkatan motif seseorang sedemikian rupa yang mendorongnya melakukan sesuatu (bertingkah laku) dengan bersemangat untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam upaya memuaskan kebutuhannya (Kambey:2006)
2.Kepemimpinan, berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok/organisasi (Yukl:2009)
3.Kekuasaan, bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang lain dalam organisasi karena kapasitasnya (Yukl:2009)
4.Pengambilan keputusan, pengambilan keputusan pada dasarnya memilih satu alternatif dari beberapa alternatif keputusan dimana prosesnya dimulai dari identifikasi masalah, analisis lingkungan yang relevan, mengembangkan alternatif-alternatif keputusan, memilih alternatif yang paling baik, melakukan implementasi tersebut, dan memonitor keputusan yang sudah diambil (Hanafi:2003)
5.Komunikasi, dimana terjadi pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara pengirim dengan penerima pesan dengan tujuan mendorong penerima untuk menginterpretasikan apa yang dikehendaki pengirim untuk mengubah tingkah laku (Handoko:2001)
6.Koordinasi, merupakan proses menghubungkan atau mengintegrasikan bagian-bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan lebih efektif (Hanafi:2003)
7.Negosiasi, merupakan proses tawar-menawar dengan jalan berunding, untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dan pihak yang lain secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang bersengketa atau proses pertukaran barang/jasa dan berupaya menyepakati nilai tukarnya (Rivai:2009)
8.Manajemen konflik, metode dan teknik yang dipilih organisasi dalam mencari konflik atau menciptakan konflik dan memanaj konflik serta sumber-sumber konflik tersebut secara aktif untuk diselesaikan. (Winardi:2009)
9.Perubahan organisasi, dimana pada dasarnya menjadikan sesuatu yang ada saat ini menjadi sesuatu yang baru diinginkan. Dinamika ini meliputi apa sebenarnya yang terjadi saat ini, apa yang akan terjadi di masa mendatang seandainya perubahan tersebut tidak terjadi, apa yang diinginkan oleh orang-orang tentang kondisi yang akan datang, dan bagaimana perubahan itu dilakukan dari kondisi saat ini ke kondisi ideal di masa mendatang (Rivai:2009)
10.Keterampilan interpersonal, meliputi pengetahuan dan keterampilan mengenai perilaku manusia dan proses kelompok, kemampuan untuk mengerti perasaan, sikap, serta sikap motivasi dari orang lain, dan kemampuan untuk mengkomunikasikan dengan jelas dan persuasif (Yukl:2009)
11.Membangun kepercayaan, strategi yang diapakai manajer untuk mememlihara dan memotivasi orang-orang dalam organisasinya untuk tetap berada pada kondisi ideal saling hubungan dalam upaya bersama menjalankan organisasi sesuai rencana dan harapan bersama (Siagian:2008)
12.Penilaian kinerja, agar dapat mengetahui secara pasti pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/kegiatan, selanjutnya dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang (Akdon:2007)
13.Kepuasan kerja, adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya yang mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan. Kepuasan ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor; imbalan jasa, rasa aman, pengaruh antar pribadi, kondisi lingkungan kerja, dan kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri (Husaini Usman:2009)

4.Controlling (Pengendalian/Pengawasan)
Pengawasan menurut Winardi (2009), controlling berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana.
Hal senada juga diungkapkan Terry (Kambey:2006), bahwa controlling menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasinya, dan melakukan tindakan perbaikan bila perlu untuk menjaga agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Tujuan pengendalian: Memperoleh masukan apakah pelaksanaan dan hasil yang sudah dicapai sesuai dengan perencanaan atau belum, Menentukan apakah itu keberhasilan atau kegagalan, Mengetahui di mana letak kelemahan, kesalahan, dan kesulitan-kesulitan yang dialami, dan Melakukan tindakan memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan baik pada waktu sekarang maupun akan datang (Kambey:2006)
Manfaat pengendalian : Melalui controlling, pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditentukan sungguh-sungguh sesuai dengan pola yang telah digariskan dalam rencana, Struktur serta hierarki organisasi sesuai dengan pola yang telah ditentukan dalam rencana tersebut, Seseorang sungguh-sungguh ditempatkan sesuai dengan bakat keahlian dan pendidikan serta pengalamannya dan bahwa usaha pengembangan keterampilan karyawan dilaksanakan secara berencana, kontinu, dan sistematis, Agar penggunaan alat-alat diusahakan supaya sehemat mungkin, Sistem dan prosedur kerja tidak menyimpang dari garis-garis kebijaksanaan yang telah tercermin dalam rencana, Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan yang objektif dan rasional dan tidak atas dasar “personal likes and dislikes”, dan Tidak terdapat penyimpangan atau penyelewengan dalam penggunaan kekuasaan, kedudukan, dan terutama keuangan (Siagian dalam Kambey:2006)
Ruang lingkup pengendalian
Ruang lingkup controlling secara garis besarnya terbagi atas:
•Controlling non-kuantitatif, yang meliputi; observation, pemeriksaan reguler, pemeriksaan dengan tiba-tiba, laporan lisan dan tertulis, evaluasi pelaksanaan tugas, dan diskusi-diskusi antar manajer dan pegawai.
•Controlling kuantitatif, yang meliputi; budgetary control (pengawasan anggaran), management audits (pemeriksaan efektifitas manajemen), dan ratio analysis (mempelajari hubungan antara komponen yang ada dalam laporan keuangan dalam bentuk rasio dan prosentase.
Proses Pengendalian
Menurut Kambey (2006), proses pengawasan terdiri dari tiga fase:
1.Menetapkan standar hasil kegiatan dan metode pengukurannya. Di dalam perencanaan, telah ditentukan target apa yang harus dicapai, kegiatan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya berdasarkan standar kegiatan. Sehingga untuk bisa mengukur kriteria-kriteria dalam perencanaan tersebut di gunakan sistem pengukuran standar pekerjaan dan kinerja. Dan lebih penting adalah standar tersebut harus diketahui oleh seluruh komponen organisasi.
2.Membandingkan pelaksanaan dengan standar yang telah ditentukan, apakah tujuan yang telah dicanangkan berhasil dicapai atau tidak.
3.Mengadakan tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan pada dasarnya dimaksudkan agar apa yang dilaksanakan oleh organisasi bersangkutan bisa mencapai standar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab; Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan (Telaah Terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan: Alfabeta Bandung: 2008
Akdon; Strategic Management for Educational Management : Alfabeta Bandung: 2007
Daniel C. Kambey; Landasan Teori Administrasi/Manajemen (sebuah intisari): Yayasan Tri Ganesha Nusantara: 2006
Gary Yukl; Kepemimpinan Dalam Organisasi (Edisi ke-Lima): Indeks Jakarta: 2009
Hani Handoko; Manajemen (Edisi 2): BPFE Yogyakarta: 2003
Husaini Usman: Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan: Bumi Aksara Jakarta: 2009
J. Winardi; Teori Organisasi dan Pengorganisasian: Rajawali Pers Rajagrafindo Persada: 2009
Malayu S.P. Hasibuan; Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah: CV. Haji Masagung: 1989
Mamduh M. Hanafi; Manajemen (Edisi Revisi): UPP AMP YKPN Yogyakarta: 2003
Mulyono: Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan: Ar-Ruzz Media Jogjakarta: 2008
Sondang P. Siagian; Bunga Rampai Manajemen Moderen: CV. Haji Masagung:1989
T.H. Handoko; Manajemen (Edisi 2): BPFE-Yogyakarta: 2003
Veitzal Rivai & Deddy Mulyadi; Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Edisi ke-Tiga): Rajawali Pers Raja Grafindo Persada Jakarta: 2009

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN

MENGENAL METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Oleh: Hayatuddin Fataruba

Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian lain.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
A.Karakteristik Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
1.Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2.Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variabel.
3.Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.

B.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian eksperimental pada dasarnya sama dengan penelitian lain, yakni; memilih dan merumuskan masalah, memilih subyek dan instrumen pengukuran, memilih desain penelitian, melaksanakan prosedur, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan.
C.Validitas
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan eksternal.
1.Validitas Internal

Validitas ini mengacu pada kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada variabel bebas adalah suatu hasil langsung dari variabel beas yang dimanipulasi dan bukan dari variabel lain. Campbel dan Stanley (dalam Gay:1981) sebagaimana dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi delapan ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:
•Historis, dimana munculnya suatu kejadian yang bukan bagian dari perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan, tetapi mempengaruhi model, karakter, dan penampilan variabel bebas.
•Maturasi, dimana terjadi perubahan fisik atau mental peneliti atau obyek yang diteliti yang mungkin muncul selama suatu periode tertentu yang mempengaruhi proses pengukuran dalam penelitian.
•Testing, dimana sering terjadi ketidak efektifan suatu penelitian yang menggunakan metode test karena suatu kegiatan test yang dilakukan dengan menggunakan pra test dan post test, apalagi dengan rentang waktu yang cukup panjang, dan terkadang nilai pra test dan post test yang sama.
•Instrumentasi, instrumentasi sering muncul karena kurang konsistensinya instrumen pengukuran yang mungkin menghasilkan penilaian performansi yang tidak valid. Dimana jika dua test berbeda digunakan untuk pratest dan postest, dan test-test tersebut tidak sama tingkat kesulitannya, maka instrumentasi dapat muncul.
•Regresi Statistik, dimana regresi statistik ini sering muncul bila subyek dipilih berdasarkan skor ekstrem dan mengacu pada kecenderungan subyektif yang memiliki skor yang paling tinggi pada pratest ke skor yang lebih rendah pada postes, begitupun sebaliknya.
•Seleksi subyek yang berbeda, dimana biasanya muncul bila kelompok yang ada digunakan dan mengacu pada fakta bahwa kelompok tersebut mungkin berbeda sebelum kegiatan penelitian dimulai.
•Mortalitas, dimana sering terjadi bahwa subyek yang terkadang drop out dari lingkup penelitian dan memiliki karakteristik kuat yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
•Interaksi seleksi Maturasi, dimana satu kelompok akan termaturasi dengan hasil kelompok lain tanpa melalui perlakuan.

2.Validitas Eksternal

Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
•Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada setiap perlakuan karena mengikuti prates.
•Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.
•Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.
•Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
•Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih dari satu perlakuan dalam pergantian.
•Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti mempengaruhi hasil penelitian.


D.Desain Penelitian Eksperimental

1.Pengontrolan Variabel Luar
2.Pemadanan, yaitu suatu teknik untuk penyamaan kelompok pada satu atau lebih variabel yang telah diidentifikasi peneliti sebagai berhubungan dengan performansi pada variabel terikat (Emzir:2009)
3.Perbandingan Kelompok atau Subkelompok Homogen
4.Penggunaan Subjek sebagai pengendalian diri mereka sendiri
5.Analisis Kovarian, yaitu suatu metode statistik untuk penyamaan kelompok yang dibentuk secara random pada satu atau lebih variabel terkontrol.

E.Jenis-Jenis Desain Penelitian Eksperimental
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mengemukakan kriteria-kriteria untuk suatu desain penelitian eksperimental yang baik, diantaranya;
•Kontrol eksperimental yang memadai
•Mengurangi artifisialitas (dalam merealisasikan suatu hasil eksperimen ke non-eksperimen)
•Dasar untuk perbandingan dalam menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
•Informasi yang memadai dari data yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
•Data yang diambil tidak terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh

Tidak mencampurkan variabel yang relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi
•Keterwakilan dengan menggunakan randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
•Kecermatan terhadap karakteristik desain yang akan dilakukan
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan. Emzir (2009) mengklasifikasikan desain eksperimental dalam dua kategori yakni:
1.Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi) yang terdiri atas;
•Pra-Experimental Designs (non-designs)

Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Bentuk pra-experimental designs antara lain:


a.One-Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.
b.One Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c.Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

•True Experimental Design

Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :

a.Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c.The Solomon Four-Group Design
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest.

•Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental.
Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:

a.Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b.Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
c.Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.

2.Desain Faktorial, yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi).
Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.

Daftar Pustaka

1.Arikunto, Suharsimi : Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2006.
2.Domu, Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado: 2009.
3.Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009.
4.Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.